Wednesday, June 15, 2011

Ibu

Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya.

Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai
dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku 'dipaksa' membantunya
memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang
sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah
dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring
bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua
beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu
bersungut-sungut.

Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua.
Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari
anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku
dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari
suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.

Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang
mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu.
Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku
tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang
menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu.
Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.

Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain
bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit,
ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku
menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.

Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan
bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi
dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya
berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang
bersamanya.

Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah
memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi
perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus
agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa
uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh
kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat
tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat
saat aku menangis.

Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan
tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas
dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan
hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung
antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala
tuntutan keperluan kampus lainnya.

Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak
berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang
mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi
do'a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang
sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.

Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia
tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru
itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari
keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku
bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama
kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.

Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah
lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri
yang baik dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku
pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa
segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding
kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat
cinta dan kasihmu kepadaku.

(T.T)
sumber: tak diketahui, tiba-tiba di komputer saya.

मुरीद baru

Murid Baru
Hari pertama di sebuah sekolah tinggi Amerika di Washington DC.
Guru memperkenalkan siswa baru bernama Suzuki Yamaguchi dari Jepang.

Sebagai awal pelajaran, guru mengatakan: "Mari kita mulai dengan sebuah pertanyaan ringan dalam sejarah Amerika. Siapa yang mengatakan 'Kebebasan atau kematian'?"

Suasana kelas hening dan tiba-tiba Suzuki mengangkat tangannya: "Patrick Henry tahun1775 di Philadelphia. .".

"Bagus sekali Suzuki". Kata guru. "Dan siapa yang mengatakan 'Negara ini dan bangsa ini tidak akan pernah mati'?"

Suzuki mengangkat tangannya lagi, seraya menjawab : "Abraham Lincoln tahun1863 di Washington."

Guru memandang murid-muridnya dan berkata:"Mengapa kalian ini? Suzuki orang Jepang tetapi mengetahui sejarah Amerika lebih baik daripada kalian".

Semua murid terdiam, tapi tiba-tiba dari belakang terdengar suara : "Pergi kamu Jepang sialan".

"Siapa yang mengatakan itu?!!", Teriak guru.

Kembali Suzuki mengangkat tangannya dan berkata: "Jenderal MacArthur tahun1942, di Guadalcanalu, dan Lee Iacocca 1982 pada rapat pimpinan dewan Chrysler, Detroit. "
Tiba-tiba para murid menjadi riuh dan terdengar suara teriakan :"Suzuki sialan, berengsek!".

Ehhh.... kembali Suzuki menjawab : "Valentino Rossi di Rio de Janeiro Brasil pada motor Grand-Prix pada tahun 2002."

Suasana kelas menjadi gaduh dan guru mulai menangis, dan sambil keluar kelas menuju ruang Kepala Sekolah ia berkata: "Apapun yang terjadi, saya akan berhenti!!!" .

Eeeeee.. lagi-lagi Suzuki berkata : "Dikatakan oleh Sri M*lyani, Departemen Keuangan, Jakarta, Indonesia tahun 2010 ketika auditor KPK memeriksa di kantornya." :-)
Sent from my BlackBerry® hangat & nikmat
powered by Sinyal (yang katanya) Kuat dari INDOSAT

Surat Cinta Seseorang Untuk Pacar Bulenya

Mbak Sum bermaksud mutusin pacarnya Robby (bule). Akan tetapi dia tidak berani bertemu muka dengan kekasihnya. Mbak Sum menulis surat dengan berbekal kamus Inggris dan pengetahuan yang pas-pas-an. Berikut isi suratnya:

Hi Robby, together this letter I give know you.
(hai Robby, bersama surat ini aku memberitahumu)

I want cut connection us.
(saya ingin memutuskan hubungan kita)

I think very cook cook all.
(saya pikirkan masak-masak semuanya)

I know love my only clap half hand
(saya tahu cintaku hanya bertepuk sebelah tangan)

Correctly I have see you play fire with a women entertainment at town with my eyes head alone
(sebenarnya saya telah lihat kamu bermain api dengan wanita penghibur di kota dengan mata kepala saya sendiri)

You always ask sorry back back river
(kau selalu meminta maaf berulang kali)

River that I forgive you, but this river, I you corect corect hurt my liver.
(Kali itu aku maafkan kamu, tapi kali ini kau benar benar menyakiti hatiku)

You eyes drop tears crocodile
(matamu mencucurkan air mata buaya)

You correct correct a man crocodile land
(kau benar-benar lelaki buaya darat)

So I cut connection and pull body from love triangle this
(jadi, saya putuskan hubungan ini dan menarik diri dari cinta segitiga ini

I cry night-night until no there is eye water more thinking about your body
(saya menangis bermalam-malam sampai tidak ada lagi air mata memikirkan dirimu)

I not want sick my liver for 2 river
(saya tidak mau sakit hati untuk kedua kalinya)

Safe walk Robby
(selamat jalan Robbi)

From your fruit liver
(Dari buah hatimu)

Sumiati Lion on the table
(Sumiati Singodimejo)

* cerita diatas cuma fiksi, jangan dimasukin ati yee..

Anak Lelaki & Paku

Ada seorang anak laki-laki dengan watak yang buruk. Suatu hari ayahnya memberi dia sekantung penuh paku dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar perkarangan setiap kali dia kehilangan kesabaran atau berselisih paham dengan orang lain.

Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar dan pada minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri. Jumlah paku yang dipakainya berkurang hari demi hari. Anak lelaki tersebut sadar bahwa lebih gampang menahan diri dari pada memaku di pagar.

Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya. Lalu ayah anak tersebut menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap dia berhasil menahan diri dan bersabar.

Hari hari berlalu dan akhirnya tiba hari dimana anak lelaki tersebut bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar. Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata: "Anakku, engkau sudah berlaku baik sekarang, tetapi coba kamu lihat, betapa banyak lubang yang ada di pagar. Pagar ini tidak akan kembali seperti semula. Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan bekas seperti ada di pagar. Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi hal itu akan meninggalkan luka. Tak perduli berapa kali kau meminta maaf ataupun menyesal, lukanya akan tetap berbekas dan tak akan hilang. Luka melalui ucapan sama seperti luka fisik. Kawan kawanmu adalah perhiasan yang langka. Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat. Mereka bersedia mendengarkan jika kau perlukan, mereka menunjang dan membuka hatimu"

maksud hati :) oleh Adelliana Amaniar pada 31 Mei 2011 jam 22:16

kamu hadir ketika hatiku terluka karna "dia" .
kamu datang saat pintu hatiku hampir tertutup karna "dia" .
hingga akhirnya kamu menjadi penawar luka hatiku yg terluka karna "dia" .
namun ketika takdir Allah membawaku kembali kepada "dia", rasa itu hadir kembali dan membuatku ingin kembali kepadanya.
terbersit sedikit rasa "tak tega" kepadamu sampai akhirnya rasa bimbang itu datang menghampiriku.
tapi setelah ku coba menelaah lebih dalam maksud hati, ternyata rasa ini berbatas untukmu. perlahan dgn pasti aku mencoba membiasakanmu tanpaku disisimu.
Maavkanku kasih, terlalu indah rasamu untukku. terlalu naif bagiku bahwa kini rasa ini telah usai untukmu.
semoga Allah memberimu orang yg tidak sepertiku yg hanya bisa menyodorkan bahagia sesaat untukmu :)

Arti kemenangan oleh Yunita Sari Dewi pada 06 Juni 2011 jam 4:02

# Orang terkuat bukan mereka yang selalu MENANG, akan tetapi mereka yang tetap TEGAR ketika mereka jatoh...

# Menang bukanlah suatu PARAMETER meraih kesuksesan...

# Mungkin semua orang bisa meraih kemenangan, akan tetapi semua orang belum tentu bisa MEMPERTAHANKAN kemenangan...

# Gagal akan sangat terasa perih. Berusaha, Berdoa, dan Tawakkal itulah jalan bangkit dari dari kegagalan...

केतिका

Ketika kerjamu tidak dihargai

Maka saat itu kau sedang belajar tentang ketulusan



Ketika usahamu tidak dianggap penting

Maka saat itu kau sedang belajar tentang keikhlasan



Ketika hatimu merasa terluka sangat dalam

Maka saat itu kau sedang belajar tentang memaafkan



Ketika kau merasa lelah dan kecewa

Maka saat itu kau sedang belajar tentang kesungguhan



Ketika kau merasa sepi dan sendiri

Maka saat itu kau sedang belajar tentang ketangguhan



Ketika kau harus membayar biaya yang seharusnya tidak kau keluarkan

Maka saat itu kau sedang belajar tentang kemurahan hati



Kau harus tetap semangat

tetap tersenyum

tetap sabar

dan tetap belajar di KAMPUS KEHIDUPAN

Dudidudidamdam

oleh Nindy DuGemb Alvian pada 02 Oktober 2010 jam 23:50

Sudahkah melihat kebenaran dari semua kebohongan mereka?

Apakah kau melihat dunia dari tatapan mata yang salah?

Jika kau ingin bercerita,

Datang dan menangislah dibahuku,

Aku temanmu,



Sudahkah mereka menemukan kesalahanku?

Dan haruskah ku merasa takut akan semua itu?

Akankah air kesejukan datang membunuh semua api keraguan?

Jika ku ingin bercerita,

Ku kan datang dan mengangis dibahumu,

Kau temanku,



Kau dan aku telah melewati banyak rintangan,

Ku kan selalu bersamamu,

Ku kan mencoba untuk tak lagi menangis,

Tapi,

Berjanjilah padaku..

Jangan hancurkan semua kisah yang ada



Melihat berjuta ekspresi kekesalan,

Ku ingin kau datang,

Duduk dan bicara semuanya,

Bercerita dan menangis,

Menangis tuk tersenyum,

Menghapus semua derita yang melanda,

Ingatlah wahai teman,

Aku disini untukmu,

Dan kau untukku.